Belajar itu tak mesti pada suatu tempat berdinding empat dan bercat rapi.
Ujian pun tak harus menghitamkan arang pilihan di atas kertas.
….dan tiba-tiba saya membutuhkan playlist instrumental.
Dua puluh satu tahun membawa saya dan (saya yakin) semua orang belajar satu dan banyak hal. Saat balita saya belajar bagaimana caranya berjalan dan jatuh, untuk kemudian bisa berlari bersama wanita kuat di keluarga manis ini. Jenjang sekolah dasar saya belajar bagaimana membaca gabungan huruf ‘n’ dan ‘g’ di suatu malam redup bersama lelaki hebat di hidup saya. Saat menengah pertama saya belajar menjadi yang selalu terpampang awal namanya di deretan hasil ujian bersama kakak saya, berat sekali. Memasuki jenjang terakhir di ‘wajib belajar’ ini saya belajar bagaimana mengembangkan optimal apa yang saya mau. Memang benar, masa SMA itu masa mekar dan megar yang harus tetap segar di setiap posisi. hehehe…
Sebagai anak rantau di kota hujan, saya banyak menemukan saudara-saudara yang hebat. Ada beberapa jurus bertahan di saat krisis semasa kuliah, dan itu…seru! Kalaulah saya anak yang ‘unlimited’ pastilah saya tidak ditemukan dengan situasi dan orang-orang macam itu. (soal mereka, nanti saya lanjutkan ;p)
Yang harus dihadapi bukan lagi soalan matematika, bukan kimia, dan juga bukan geografi. Ini lebih dari peramuan ketiga hal tadi bahkan lebih.
Ada satu bukti kecilnya.
Dulu semasa sekolah saya antusias sekali kalau dapat soal matematika, itu lebih dari uang jajan (lebay). Yang pasti dulu saya sampai berharap kalau semua mata pelajaran itu diganti soal matematika saja. *singkatnya seperti itu*
Kemudian beberapa minggu lalu saya diminta menggantikan mengajar matematika, karena kakak saya harus check up. Saya diberikan beberapa lembar soal untuk bahan mengajar. ya beberapa lembar.
Saya buka soal-soal itu dan coba mengerjakan beberapa soal. Dan sungguh menakjubkannya gak ada satu pun soal yang langsung terjawab. ya. gak satupun. Saya sama sekali gak ngerti gimana cara dapetin hasilnya.
Matematika..oh matematika..kenapa kamu begitu kucintai dulu? Apa sekarang kamu malu sama kamu? atau aku yang terlalu sombong karena tak menjengukmu untuk waktu yang lama?
ahh…kamuh…aku pergi ya darimu?
*hahahahahaha*
sesuatu yang tidak dilatih, pastilah akan betul-betul hilang dimakan waktu. Tapi buat saya, yang dimakan waktu adalah soalan mendetail dari matematika itu sendiri. Saya pikir, saya mengembangkan itu..untuk hal-hal yang lebih nyata.
No comments:
Post a Comment